Naungan Cinta


Tak terbayang cinta nabi nuh as,hinngga akhir penantiannya tak terbalas. Selama 950 tahun ia menebar benih cinta pada ummatnya,penuh kesabaran dan ketulusan jiwa membuat ia bertahan dalam “ naungan cinta”. Demi cinta,ia Tak kenal lelah berkorban mencurahkan waktunya siang dan malam untuk mendakwahi,menyeru, dan memperingati ummatnya. Ia pun selalu mengadukan prihal ummatnya pada sang kuasa ketika ia mendakwahinya ,”sesungguhnya aku setiap  kali menyeru mereka( untuk beriman) agar engkau mengampuni mereka,mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dsan menutup bajunya ke wajahnya dan mereka tetap( mengingkari) dan sangat menyombongkan diri”.

Tak mau cintanya hancur,berserakan,dan berakhir dengang tragis, ia pun berdoa supaya mereka yang enggan  lagi sombong menerima seruannya dimusnahkan,karena kelak merekalah yang akan meluluhkan rasa cinta yang terpaut dalam takwa pada rabbnya,menebarkan kebencian,merusak estapet takwa pada Allah swt,akhirnya nabi Nuh pun berdoa,” Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.
Ketulusan cinta nuh ‘alaihissalam pada ummat tak berhenti begitu saja, sebelum ia berdoa untuk kebinasaan orang-orang yang congkak,ia menghadapi berbagaimacam celaan,hinaan,dan olok-olokan dari kaumnya dengan tenang,menanggapi sesuai keadaan mereka ketika itu,dimana mereka lebih disibukkan dengan anak dan harta melimpah ruah,menuhankan kekayaanya,sehinggah mereka pun berkata pada nuh,” jika engkau ingin kami beriman dengann apa yang engkau bawa maka usirlah,keluarkan mereka yang sudah beriman. Karena mereka hanyalah orang-orang lemah dan masyrakat miskin,sementara kami para pembesar dan orang-orang kaya. Tidak mungkin engkau satukan kami dengan mereka dalam satu dakwah”. Kalaulah bukan karena cinta yang bersemayam dalam diri nabi nuh niscaya ia sudah lama mendoakan kebinasaan kaumnya. Kecongkakan,kesombongan,dan kekufuran kaumnya membuat ia memadu cinta dalam kesabaran,ketegaran,dan ketidakputusasaan. Dalam naungan cinta, ia mampu bertahan di tengah keberingasan dan cacimakian kaumnya.
Sebelum peristiwa besar bah,banjir bandang yang dijanjikan Allah atas kaum dzolimin ketika itu,ia masih menaruh harapan,mungkin diantara mereka ada yang beriman. Setelah tiba saat-saat azab datang, nabi nuh pun naik kapal beserta pengikutnya,disusul binatang-binatang yang berpasangan lainya. Tiba-tiba nabi nuh terenyuh dengan kejadian yang ia lihat,tak ia sangka istrinya masuk dalam orang-orang yang dibinasakan. Betapapun ia adalah manusia biasa,pasti bersedih ketika orang yang ia cintai hanyut ditelan bah. Di tengah guyuran hujan deras,ia dihadapkan dengan pristiwa yang tak mungkin lagi kesedihan ia bendung,tak bisa dibayangkan betapa belahan jiwanya ikut terhanyut dalam gelombang ombak. Fithrah seorang bapak,tak mau lihat anaknya sengsara. “ hai anakku naiklah bersama kami janganlah ikut bersama orang-orang kafir”. Balutan haru meliputi nabi nuh, apa mau dikata belahan hati yang  selama ini hidup di “naungan cinta”,kini lenyap sudah. Jiwanya seakan terombang ambing,tak terima dengan hal itu,ia pun mengadu pada sang kuasa,” wahai tuhannku sesungguhnya anakku termasuk keluargaku,dan sesungguhnya janji engkau itulah yang benar. Dan engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.
Allah swt pun menjawab seruannya,menjelaskan perihal anaknya,"Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."
Hal yang lumrah,ketika seorang bapak yang mencintai anaknya,merasa tak terima dengan alasan tak masuk di akal. karena selama hidupnya ,anaknya selalu memperlihatkan keimanannya . disinilah Allah menegur nabi nuh,bahwa cinta pada anak tak harus mengurangi cinta padaNYA. Walau ia adalah keturunannya,tapi ia bukan termasuk orang-orang beriman. Dan Allah swt mengetahui apa yang tak diketahui nabi nuh.
Akhirnya, nabih nuh pun tersadar,ia pun bangkit dari belenggu cinta semu. Menengadah teriring doa,” Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi."
Di akhir do’anya,selepas berdo’a untuk kebinasaan kaum durjana, ia memanjat kehadiratNYA,bersenandung dengan irama do’a yang begitu indah,” Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan".
doa nabi nuh yang penuh dengan balutan cinta,terurai dari diri pribadi,keluarga,dan orang-orang beriman. Inilah kisah yang pilu,penuh haru namun mengandung semangat hidup yang begitu dahsyat bagi orang yang berfikir,hati selalu tegar, senantiasa terteduhkan dalam “ naungan cinta”.
Diakhir peristiwa itu, ketika nabi nuh hendak turun dari bahtera,ia tak ingin cinta yang ia bangun bersama orang-orang beriman selama hampir seabat,kandas begitu saja. Karenanya, ia bermunajat meminta mahligai cinta yang telah lama terbangun dan terpatri tetap bersemayam dalam diri,Kemanapun ombak menghempasnya. Karena ia yakin dengan cinta padaNYA,mampu melahirkan suasana indah,membentuk lingkungan yang barokah,dan menentramkan hati,menyejukkan jiwa . maka dimana pun kita berada,jika didalamnya terdapat penuh dengan cinta ilahi,ayat-ayatNYA,terutama kita yang hidup di lingkungan pesantren Al-qur’an,itulah tempat yang di berkahiNYA, di bawah “NAUNGAN CINTA” sebagaimana yang dibangun nabi Nuh ‘alaihissalam seabad lamanya.
“Duhai tuhanku,tempatkan daku ditempat yang Engkau berkahi, dan sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang menempatkan”.( do’a nabi Nuh selepas peristiwa mengenaskan,ketika hendak turun dari bahtera)

Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Naungan Cinta ini dipublish oleh Unknown pada hari Minggu, 09 Maret 2014. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Naungan Cinta
 

0 komentar:

Posting Komentar